Tantangan demi tantangan silih berganti, tak terkecuali tahun 2020 ini, pandemi Covid-19. Tak hanya perekonomian dunia yang terguncang, pendidikan pun harus ikut merasakan dampaknya. Sekarang ini yang kita hadapi tidak hanya kompetensi antar pelajar, tetapi juga perubahan yang drastis dalam dunia pendidikan.
Karena Pandemi, bukan hanya pembelajaran saja yang dialihkan. Tetapi kelulusan juga terkena imbasnya. Pelaksanaan UN yang awalnya akan dilakukan pergantian sistem dan rencana awal pengimplementasiannya di tahun depan, memaksa harus ditiadakan tahun ini.
Pandemi yang memaksa kita untuk tetap berada di rumah demi keselamatan bersama. Pembelajaran secara langsung pun dialihkan menjadi Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ) atau daring sebagai bentuk kebijakan pemerintah dalam merespon pandemi ini.
Berbagai platform seperti Zoom, Google Meet, Edmodo dan lainnya, digunakan untuk menunjang pembelajaran daring. Hal ini juga memaksa kita selangkah lebih bergerak cepat untuk beradaptasi dengan penguasaan IPTEK. Tentunya, ini tidak akan lepas dari pro dan kontra.
Pertama adalah keterbatasan fasilitas belajar entah itu di rumah ataupun di sekolah. Entah itu yang mengalaminya para pelajar ataupun guru. Sebagai contoh, pelajar membutuhkan data/kuota internet yang banyak. Kita juga membutuhkan buku untuk belajar tetapi tidak semua buku itu tersedia. Kekurangan tersebut menyebabkan beberapa siswa dan juga guru merasa kesulitan.
Di sisi lain, kita semakin dituntut untuk mengembangkan sikap kreatif dan inovatif. Berdasarkan pengalaman pribadi penulis, COVID-19 telah mengubah cara kita belajar. Kita dipaksa beradaptasi dengan perubahan, yang awalnya hanya duduk diam di kelas sembari mendengarkan penjelasan dari guru, kini bisa bebas belajar kapan pun dan di mana pun tanpa harus terpaku pada satu objek. Yang awalnya pulang sekolah lalu bermalas-malasan, kini harus memiliki inisiatif sendiri untuk belajar dan mencari referensi dari mana saja entah itu Youtube atau Google untuk mengejar ketertinggalan. Mungkin ini yang menjadi definisi merdeka belajar?.
Lantas apakah dengan keadaan serba kekurangan ini kita harus menyerah?. Tentu saja tidak. Keadaan yang sedang dihadapi saat ini seharusnya tidak membuat kita patah semangat untuk belajar. Belajar bisa didapatkan dari apa saja dan dari mana saja. Kenapa? Karena Fokus kita sekarang ini tidak hanya terpaku pada level kognitif. Karena itu adalah cara lama. Sekarang ini banyak sekali lomba-lomba yang diselenggarakan oleh Pusat Prestasi Nasional dan Kemendikbud.
Selama pembelajaran jarak jauh (PJJ) pun, saya sendiri merasa menjadi lebih memiliki banyak waktu kosong yang bisa diisi dengan berbagai hal yang sebelumnya tidak bisa saya lakukan. Juga tidak banyak menyita tenaga serta hemat biaya transportasi. Dan dengan PJJ kita semakian dibebaskan untuk merdeka belajar.
Lalu saya pernah mendapat cerita dari salah satu guru yang juga menjadi orangtua siswa mengenai pengalaman beliau dalam mengajar selama situasi pandemi. Beliau adalah seorang guru di salah satu sekolah di daerah Kabupaten Konawe Utara Provinsi Sulawesi Tenggara. Menurut beliau, tantangannya amatlah berat. Di saat yang sama beliau harus tetap menjalankan rutinitas sebagai seorang istri, ibu dan juga profesinya sebagai seorang guru. Anaknya masih harus senantiasa didampingi, karena baru bersekolah di tingkat dasar.
Sebagai seorang guru, beliau juga yang harus menyiapkan pembelajaran jarak jauh dengan berbagai metode salah satunya menyiapkan grup melalui WhatsApp. Kendala demi kendala harus dihadapi, diantaranya beberapa dari taruna/i tersebut tidak memiliki gawai, ditambah sebagian yang lain mengalami kesulitan mengakses internet.
Menyerah? Tidak ada di kamus beliau.
Sehingga beliau lantas tak menyerah mencoba dengan membuat grup di Messenger Facebook nah di sini juga dari sekitar 25 orang anak dalam satu kelas hanya 15 anak yang aktif mengikuti selebihnya saling berbagi internet data ataupun gawai karena tidak semua Taruna/i memiliki gawai untuk belajar. Lanjut upaya yang para guru lakukan adalah mensosialisasikan kepada para orang tua ataupun saudara mereka karena mayoritas mata pencaharian orang tua dan keluarga mereka adalah petani cengkeh dan nelayan. Yah bisa dikatakan lokasi tempat beliau mengajar ini berada di sekitar pesisir pantai.
Berlanjut dengan kegiatan pembelajaran yang beliau lakukan selain membuat grup messenger juga membuat grup menggunakan aplikasi Google Classroom sambil mensosialisakan cara penggunaan aplikasi tersebut, belakangan ini beliau mencoba bertatap muka dengan menggunakan Zoom Meeting, yah lagi-lagi kendala yang dihadapi adalah para Taruna/i SMK tersebut hanya program Kompetensi Keahlian Teknik Komputer dan Jaringan yang lebih Melek sedangkan Kompetensi Keahlian lain di SMKN 1 Molawe perlu sosialisasi lebih lanjut.
Adapun kelebihan yang beliau rasakan sebagai seorang guru SMKN 1 Molawe dalam Pembelajaran Jarak Jauh yang telah beliau laksanakan adalah;
- Beliau merasa diuntungkan karena jarak rumah tempat tinggal beliau dengan Sekolah tersebut sekitar 85 km. Dimana akses jalan menuju ke tempat tugas sangat sulit akibat kerusakan jalan yang begitu parah akibat hujan deras beberapa bulan lalu,
- Beliau juga dapat membimbing anaknya untuk belajar di rumah dan menjaga kesehatan mereka dengan mempersiapkan dan mengontrol makanan yang bergizi selama pandemi, dan
- Beliau lebih leluasa mengajar sambil mengerjakan rutinitas lainnya seperti memasak atau mengikuti web seminar.
Kekurangan yang beliau rasakan ketika melaksanakan Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ), antara lain ;
- Ruang gerak terbatas hanya di dalam rumah saja dan di depan layar gadget dan layar laptop sehingga sering mengalami gangguan penglihatan, gangguan sakit kepala, dan mual.
- Ada rasa jenuh dan bosan yang mereka alami pun anak beliau, sehingga kadang-kadang harus bermain game untuk mengatasi kejenuhan, karena keseringan tersebut anak beliau agak sedikit keras kepala dan sulit untuk didisiplinkan kembali, karena butuh waktu dan trik khusus,
- Waktu liburan keluar rumah terbatas karena khawatir dengan jumlah kasus positif corona yang kian bertambah.
Dari cerita beliau ini, saya menyadari bahwa keuntungan lain dari adanya pandemi ini adalah mendekatkan yang jauh menjadi dekat. Dengan komunikasi, kita yang sudah terlanjur asing kembali menjadi akrab karena komunikasi lewat media sosial yang terjalin kembali.
Jarak yang jauh bukan lagi penghalang untuk berkomunikasi. Hadirnya media-media komunikasi sekarang ini membantu memudahkan kita dalam segala hal.
Tahun 2020 menjadi tahun yang penuh tantangan untuk kita. Tetapi, dari semua tantangan yang menerpa, membuat kita menjadi generasi yang kuat dan tangguh akan cobaan.
Artinya, walau di tengah-tengah keterbatasan, kita bisa mencari kebahagiaan dan mendefinisikan kemerdekaan—Merdeka dalam belajar.
Oleh : Ning Fauziyah
Gambar hanya merupakan ilustrasi yang bersumber dari google image search.
Kereennn ningg relate banget