Terusir dari Comfort Zone Gara-gara Corona

Pasti kamu akrab dengan istilah comfort zone. Atau mungkin kamu telah berada dalam comfort zone selama bertahun-tahun tapi kamu tidak menyadarinya? Terus terang sih, tidak ada salahnya jika seseorang terperangkap dalam confort zone selama yang ia inginkan. Toh, buat apa ngambil risiko yang engga-engga kalo kamu sudah nyaman dengan apa yang kamu lakukan, iya kan? Mungkin kamu sudah mulai aktif di kegiatan-kegiatan sekolah. Mungkin kamu sudah bisa masuk ke pergaulan yang kamu inginkan dengan baik. Mungkin kamu mulai suka dengan cara mengajar guru tertentu. Mungkin kamu sudah berencana jadian dengan cewek atau cowok yang kamu sudah lama suka. Atau mungkin kamu sebatas menyukai gagasan pergi ke sekolah dengan semua rutinitas yang biasanya kamu lakukan. Tapi, sekarang itu semua terhenti. Kita semua dikarantina. Tanpa disadari ternyata pandemi yang disebabkan oleh virus corona memaksa hampir semua orang di berbagai belahan dunia melangkah keluar dari comfort zone-nya mereka.

Perkantoran tutup berderet di jalanan yang hampa lalu lintas. Pegawai-pegawai dituntut bekerja dari rumahnya masing-masing. Proses belajar-mengajar berjalan secara daring walaupun banyak siswa dan guru yang tidak memiliki jaringan internet yang memadai. Kondisi di daerah pelosok pun jauh lebih parah. Tak jarang guru berkunjung ke puluhan rumah muridnya satu per satu untuk tetap mengajar. Ratusan, jika tidak ribuan, usaha-usaha kecil menengah bangkrut seketika. Angka pengangguran melejit tak terbayangkan. Mereka yang kena PHK tidak bisa bekutik. Keringat mereka belum dibayar, tangisan mereka tiada yang dengar. Rumah sakit terbanjiri pasien-pasien covid-19 yang begitu banyak seakan-akan tak ada hentinya. Dokter dan suster bekerja sepanjang waktu dan tak jarang dari mereka ada yang tidak sempat menemui keluarganya selama berbulan-bulan atau pada akhirnya mereka sendiri yang bertekad untuk tidak pulang karena telah terinfeksi virus yang tertular dari pasiennya. Pemakaman yang awalnya lapang dengan cepat disuap dengan peti-peti yang berisi jasad yang tidak akan pernah ditengok oleh keluarganya. Intinya, tidak seorangpun terbiasa dengan situasi seperti ini.

Namun, walaupun begitu banyak dampak negatif yang ditimbulkan oleh pandemi ini, pelajar-pelajar seperti kamu didorong untuk bersikap kreatif menemukan cara agar hari-hari di rumah bisa tetap produktif. Anggap saja ini sebuah hikmah karena kadang kala comfort zone bisa bersifat berbahaya, atau bahkan lambat laun merugikan. Comfort zone mencegah kamu memperbaiki diri karena kamu akan merasa aman dengan dirimu sendiri jika sudah berada di dalamnya. Nah, dengan keluar dari comfort zone kamu akan terpancing untuk mencoba hal-hal baru dan tidak lagi menjadi follower, tapi menjadi seorang pemimpin. Dari situlah kamu belajar menggali potensi dirimu sendiri yang selama ini kamu tidak sadari. Ngomong-ngomong, kok bisa sih benda mati seperti virus mengubah gaya hidup masyarakat dunia? Apa saja dampak yang ditimbulkan? Seberapa bahaya virus corona dibanding virus-virus lain? Untuk memahami ini semua, mari kita mulai dari pertanyaan yang paling sederhana dulu, yaitu ‘apa itu virus corona?’

Kata ‘corona’ berakar dari bahasa Latin dan Spanyol yang berarti mahkota. Kalo kamu berpikir bahwa virus ini ditemukan di kerajaan, maaf ya kamu salah. Virus ini dinamakan mahkota karena duri-duri di atas permukaannya yang menyerupai mahkota. Penampakan virus ini mirip banget sama rambutan atau landak laut, hanya saja ukurannya jutaan kali jauh lebih kecil. Meskipun pandemi ini bermula di pasar basah di kota Wuhan yang menjual aneka seafood, virus corona diperkirakan berasal dari kelelawar yang hidup di sekitar pasar itu. Sanitasi di pasar itu sangat buruk dan tidak cukup diperhatikan sehingga virus dan bakteri mudah berjaya dan menyebar. Akibat penularannya yang cepat, tidak lebih dari sebulan sejak pertama kali menginfeksi manusia kota Wuhan mengalami lock down, tanggal 23 Januari tepatnya. Dan sekitar sebulan kemudian, pada tanggal 11 Maret, WHO resmi menyatakan pandemi global.

Penyakit yang disebabkan oleh virus corona dikenal sebagai covid-19, yaitu kepanjangan dari coronavirus disease. Kenapa ada angka 19 di namanya? Nah, itu karena kasus pertama dapat diidentifikasi pada tanggal 31 Desember 2019. Kalau saja para ilmuwan telat sehari dalam mengidentifikasi kasus pertamatersebut, bisa jadi namanya covid-20. Duh, nyaris ya. Covid-19 menyebar terutama melalui kontak dekat dengan seseorang yang terinfeksi. Tapi, kabar buruknya adalah orang yang terinfeksi belum tentu menunjukkan gejala apapun sampai dua minggu kemudian. Karena masa inkubasi yang lama inilah covid-19 menular dengan cepat tanpa benar-benar diketahui. Benda dan permukaan yang terkontaminasi juga berpotensi menularkan penyakit tersebut. Oleh karena itu, orang dengan tes covid-19 positif atau merasakan gejala-gejala yang mencurigakan harus segera mengasingkan diri. Beberapa gejala yang umum dirasakan orang yang terinfeksi adalah batuk kering, demam, dan letih. Oh iya, kamu harus lebih berhati-hati kalo usia kamu sudah setengah abad atau memiliki penyakit bawaan karena dua kelompok inilah yang paling rentan mengembangkan gejala yang serius seperti sesak nafas, nyeri dada, dan kehilangan kemampuan bicara ataupun gerak. Meskipun tingkat kematian covid-19 hanya berkisar antara empat sampai lima persen, langkah-langkah sederhana seperti tidak berjabat tangan atau menutup batuk atau bersin dengan siku bagian dalam dapat sangat membantu menuruni penyebaran penyakit ini.

Dampak yang ditimbulkan oleh covid-19 sangat beragam dan butuh waktu yang sangat lama untuk disebutkan satu per satu. Dengan banyak orang yang dikarantina, jelas kegiatan ekonomi tidak berjalan semulus tahun-tahun sebelumnya. Berbagai event besar terpaksa ditunda atau di-cancel, mulai dari pergelaran olahraga, rapat kenegaraan, dan bahkan kegiatan keagamaan. Gara-gara covid-19 masjid-masjid tutup dan tidak melaksanakan shalat Jumat ataupun shalat-shalat berjamaah apapun. Gara-gara covid-19 umat islam tidak bisa berkumpul di lapangan untuk bersama-sama melaksanakan shalat Ied. Dan gara-gara covid-19 banyak orang yang mendengar adzan yang sedikit bereda dari yang semestinya. Ini semua sungguh shocking dan pasti tidak terlintas di benak siapapun sebelumnya.

Namun, ternyata ada juga lho dampak positif dari pandemi covid-19 ini. Yang pasti kita semua sekarang lebih aware terhadap kesehatan dan kebersihan. Dan dengan menurunnya penggunaan kendaraan dan perjalanan udara, otomatis tingkat karbon dioksida dan polusi udara lainnya menurun. Di saat seperti ini, banyak satwa liar yang bisa kembali berkeliaran di habitatnya tanpa gangguan manusia seperti perburuan liar, pembakaran hutan, ataupun pembuangan limbah industri beracun. Dan yang tak kalah penting dari itu semua, sekarang hubungan keluarga inti jadi lebih erat. Bila dulu masing-masing sibuk dengan urusannya di luar rumah, sekarang semuanya berkumpul seharian di dalam rumah dan lebih banyak berinteraksi.

Setelah tepat enam bulan sejak kasus pertamanya, covid-19 sudah menginfeksi 10.3 juta orang di dunia secara keseluruhan dan membunuh lebih dari 500 ribu orang diantaranya. Virus ini mudah menginfeksi siapapun. Makanya biasakan cuci tanganmu secara teratur terutama sebelum makan, pertahankan social-distancing minimal satu meter, jangan lupa untuk tidak menyentuh wajah bila tidak perlu, dan yang terpenting janganlah keluar rumah hanya dengan alasan bosan. Situasi seperti ini memang tidak menyenangkan dan kita semua mendambakan untuk kembali ke kehidupan kita semula, tetapi lihatlah sisi baiknya, dengan dikarantina kita jadi memahami bahwa beraktivitas di luar tanpa ada ancaman yang perlu dikhawatiri adalah suatu nikmat yang patut disyukuri. Akhir kata, ini merupakan pengalaman menarik yang tentunya bisa jadi sebuah cerita untuk diberitahu ke cucu-cucumu nanti! []

Oleh: Bryan Raihan ‘Ilman

Gambar hanya merupakan ilustrasi yang bersumber dari google image search.

Related

LEAVE A REPLY

Please enter your comment!
Please enter your name here

Kabar Terbaru

Kategori

TV SIJ

INSTAGRAM SIJ